Beritain.co | Kota Depok – Inilah kerancuan yang di buat oleh penjajah.
Baca dan simak klarifikasinya yang tidak ada pada buku buku atau catatan mainstream saat ini..
Perhatikan :
Penamaan kata “Mala-Yu”,bukan “Me-Layu “Baru ada dan terpublikasi sejak di mulai dari Kadatuan setelah di sebut “Srivijaya” yang land mark nya di situs “Muara Takus” di Kabupaten 13 Koto Kampar,Provinsi Riau Sumatra Indonesia
Di masa sebelum disebut Srivijaya,diawal kadatuan sebelum Islam di pimpin oleh yang bernama “Candra Nago” dalam sistem kekeluargaan “Materinial” “Candra Nago” ,Kata ini terekam menjadi nama suku “Caniago”
Jauh masa setelahnya yaitu masa setelah kadatuan di sebut “Srivijaya” pada masa Adityawarman,tepat nya masa setelah lepas dari penjajahan “Chola” di bentuklah persukuan,Yaitu pada pihak laki laki di sebut “Datuok Patih”,Pada pihak istri di sebut “Bodi Caniago”
Dari “Bodi Caniago” ini mempunyai 4 adik perempuan dari 4 orang adik perempuan inilah kemudian berkembang menjadi 4 nama suku penerus trah kadatuan,4 nama orang menjadi nama suku yaitu :
1.Malay menjadi nama suku “Malayu”
2.Muni menjadi nama suku “Muniliang”
3.Jambak,Tetap menjadi suku “Jambak”
4.Pito menjadi nama suku “Pitopang”
Persukuan di atas tidak ada di kadatuan pada masa Pra Islam,atau masa kadatuan sebelum di sebut “Srivijaya” yang di pimpin oleh orang yang bernama “Candra Nago”,saat itu penyebutan kadatuan lebih di kenal dengan “Indo Dunia” dengan pimpinannya yang di kenal sebagai “Shang Hyang Datu Maharajadiraja Indo”
Anaknya “Tumenggung” beranak perempuan yang bersuami kepada “Perpatiah” kemudian mempunyai anak perempuan bernama : Malay,Muni,Jambak dan yang bungsu bernama “Pito” atau “Dewi Pito”
Asal penamaan suku “Patapang”,pada masa pra islam adalah Pa-Tapa atau Per-Tapa mendapat akhiran tambahan Ang menjadi Pa-Tapa-Ang “Patapang” pada abad 7 tahun 40,kemudian pada abad 10 tahun 10 di indropuro kini di sebut minang di bentuk persukuan “Pitapang”
Lalu di abad 13 tahun 36 setelah penjajahan cola oleh Adityawarman ada pembentukan persukuan lagi untuk mengembalikannya berubah nama menjadi suku “Pitopang”
“Pertapa” atau “Petapa” di sebut “Samadhi” dalam bahasa jawa di sebut “Topobroto”
istilah sunda “Tapabrata”,bahasa Bali sebut dengan “Upasena” budaya sulawesi sebut dengan “Kamala” dan orang yang sedang melakukan kontemplasi ini di sebut “Akamala”
Bentuk kontemplasi ini divisualisasikan di atas Borobudur,ini bukan patung tokoh mulia Sidarta Gautama,Tapi beliau mengikuti dan mengembangkanya
Sedang penyebutan “Domo” di kadatuan saat itu adalah penyebutan untuk para Arya/Rshi/Brahman yang menganut ajaran asli Nusantara ,ini yang oleh sejarawan eropa sebut sebagai “Brahmanism” jauh sebelum “Veda” di tuliskan di India
Kaum saka atau Brahma yang di sebut “Brahmanism” Berkonsep pada “Dharma” ini bukan Buddha atau Hindu,yang di kemudian hari sebelum veda di tuliskan di bawa keluar Nusantara mendasari lahirnya 3 ajaran di India,Buddha,Hindu dan Jaina
Para “Domo” atau pengikut “Dharma” di kadatuan terdahulu adalah,Para “Piliyang” asal kata dari “Pilihan Hyang” orang orang atau para resi yang melindungi para “Pili-han Hyang”
Kata “Hyang” adalah penyebutan “Tuhan” sebelum Islam,ini bukan berarti Hindu/Buddha,”Pili-han Hyang” ini yang membentengi Domo
Sedang para suku “Malayu” adalah dominan para penasehat di kadatuan sebelum divsebut “Srivijaya”,Sebutan sebelum islam di sebut “Malim” adalah penasehat ,mereka berpencar di beberapa daerah yang di sebut “Para-Malim” hingga kini dikenal sebagai “Parmalim”
Kemudian sebutan ini “Malayu” terpublikasi
menjadi suku “Malayu” setelah islam abad 7 M,di kadatuan setelah bernama “Srivijaya”
Kejadian setelahnya,Saat kadatuan dengan kota suci dan pusat puja nya mengalami penyerangan oleh Cola menyerang daerah Gasib,Siak dan keluarga trah kadatuan kakak dari “Puti Indah Jelito” ini di selamatkan ke Sebayang,Selan,Siginggi oleh “Datu Sati” kini berbentuk kesultanan,masyarakat nya yang tinggal inilah sebenarnya suku yang tersebut bernama awal “Manda iling”
“Manda Ilang” berubah menjadi “Manda Liong” terbaca dan terucap kadang menjadi Manda iliong,Manda ilang,Manda iliang,Mandailing
Kadatuan ,wilayah nya di sebut “Naghori” dengan bahasa “Nagori/Nagari” ibu dari bahasa Nasional/Internasional saat itu bahasa “Sansekerta” dengan pusat pujanya “Mongtakui” dan pusat pemerintahan nya di bukit “Katangka” di daerah wilayah nya pada radius 75 km yang kini disebut dengan “Koto” yang memakai “Angka”yaitu :
Tiga Belas koto,Kampar
Lima koto
Tapung enam koto
Subayang 12 koto
Kapur 9
Pangkalan 6 koto
Gelugu 6 koto
Rokan 4 koto
Rajo 5 Selo
Andiko 44
Pada abad 11 terjadi penyerangan oleh penjajah kolonial ,Keluarga kesultanan di selamatkan,mereka terbagi dalam 14 kelompok dan yang 12 kelompok diselamatkan ke 13 koto kampar yang dahulu adalah pusat kadatuan sebelum dan sesudah di sebut “Srivijaya”
Keluarga kesultanan yang lain di selamatkan ke daerah “Gasib” ada yang ke 5 koto,air tiris,yang dikemudian hari di abad 15 M menjadi kesultanan,disaat inilah terpublikasi kata “Melayu” dan selanjutnya membentuk persukuan di antaranya adalah suku yang bernama “Bendang”
Perhatikan :
Suku “Me-layu” beda dengan sebutan “Suku Ma-layu” ,Maksud nya suku “Malayu” ini adalah suku yang di bentuk di kadatuan setelah di sebut “Srivijaya” yaitu di masa “Adityawarman”
Yaitu yang merupakan 4 suku bentukan di masa “Adityawarman” dan terakhir yang ke 5 baru di bentuk suku bernama “Malayu”,
4 suku utama sebelum ada penambahan suku “Malayu” di masa Adityawarman,antar lain :
1.DOMO
2.PILIANG
3.PATAPANG
4.BODI
Setelah 4 suku diatas baru ada suku yang bernama “Malayu”…Hal lain,berdasar telaah akademik di dapatkan sebagai berikut :
Suku Melayu,atau penyebutan “Melayu” ada pada masa portugis yaitu saat kolonial menyerang dan mengeroyok Sultan Malikussaleh di Joho dan menjadi kerajaan “Malaka” diera setelahnya
Di masa sebelum nya yaitu setelah beliau ber Islam terjadi penyerangan oleh penjajah kolonialis dan di selamatkan oleh keluarga kadatuan yang di masa inilah terpublikasi kata dan suku “Melayu” berdasar masa kejadian bersejarah
Masa penyelamatan itu terjadi sebanyak 3 gelombang atau 3 kali penyelamatan oleh keluarga “Kadatuan Srivijaya” yang kemudian terpublikasi nama “Melayu” menjadi nama “Suku” yaitu :
1.Kejadian “Penyelamatan”,Pada abad 7 tahun 40 ,inilah yang kemudian disebut dengan “Melayu Tuo”
2.Kejadian “Penyelamatan”,Pada abad 15 tahun 11 ,inilah yang kemudian disebut menjadi “Melayu Tongah”
3.Kejadian “Penyelamatan”,Pada abad 16 tahun 39 ,inilah yang disebut “Melayu Mudo”
Kemudian lebih menjadi di pertegas Malay/Malayu (Bukan Me Layu) menjadi berubah “Melayu” pada abad 16 tahun ke 69 oleh ulah para penjajah kolonialis yang ingin menghancurkan tatanan adat kemudian merampok kekayaan di bumi emas “Svarnadvipa” dengan taktik “Perang Garam”
Di Masa pemulihan tatanan adat akibat penyerangan cola juga para penjajah oleh para tetua adat atau para Datu di Kadatuan Srivijaya yaitu
Pembentukan persukuan di ketuai “Datuk Patieh” atau “Datuk nan Sabatang” & “Datuk Menggung” di koto batu,batu batikam pasumayam,Pariangan tanah datar merapi Sum-Bar saat ini
Di kadatuan “Adityawarman” sepulang dari kerapatan di batu batikam mengadakan kerapatan lagi di atas bukit malim bersama “Datu Godhang Cincin” yang di hadiri 44 orang Datu lainnya di saat inilah mulai penyebutan “Andiko 44 “
Saat inilah pucuk pimpinan di kadatuan di sebut dengan “Niniok Datuok Rhajo Du Balai”
Masa Kadatuan sebelum di sebut Srivijaya
Para Rshi terdahulu pernah melakukan nya,…Melaksanakan perjalanan suci”Sidhayarta/Marlapas” membawa menyebarkan “Dharmic Original”,….keluar Nusantara
Dharmadasa 700-620 SM
Dharmapala 670-580 SM
Sañjaya Belaṭṭhaputta 6 SM
Sariputra 568-484 SM
Svarnadvipa Dharmakirti 610 SM – 520 SM (ada 2 nama sama dalam masa berbeda)
Kumarila Bhatta I 618-540 SM
Adi Sankara 569-537 SM
Çhri Janaýasã – Dhapunta Hyam 671–702 M
Pada abad ke 6 SM bahkan jauh sebelum nya ajaran Brahmana “Dharmic” yang di bawa kaum “Arya/Cakya/Saka” dan di kemudian hari menjadikan munculnya penafsiran terhadap kitab suci “Veda” yang melahirkan,Aranyaka dan upanizad, “Vedic” dipelajari dan ditafsirkan dengan bebas,Kebebasan ini menyebabkan timbulnya beberapa ajaran dan aliran yang berbeda-beda
Pada tahun 563–483 SM,Lahir Sidharta Gautama tokoh “Buddhism”
Pada tahun 549–477 SM,Lahir Mahavira tokoh “Jainsm”
Pada abad 9 M,Era Inggris di india lahir ajaran formil yang tidak dari keduanya dan tidak Islam yaitu “Hindu” ditambah akhiran isme berbasis vedic
Jadi :
Svarnadvipa” Indonesia,bukan india …adalah tempat awal sumber belajar Palsafah Utama Dasar “Dharma/Dhamma” ,inilah “Dharmic Original” yang mendasari lahirnya ajaran Hindu,Buddha dan Jaina di india
INDONËSIARYĀ
True Back History of Indonesia
Exploration & Research
By : Santosaba
(Revicionist History )