#CatatanRedaksi #Beritaindotco
Kalau mengatakan peristiwa 1 Oktober dalangnya adalah CIA & Soeharto, itu terlalu lebar dan sedikit lucu. Kita tidak menafikan adanya kepentingan Blok Barat. Tapi CIA hanya memainkan propaganda melalui agen & medianya pasca peristiwa tersebut. Yaitu, utk membakar kemarahan rakyat kepada PKI. Agen propagandanya justru bukan dari CIA tapi M16 – Norman Redway.
Lucu sekali mengatakan bahwa peristiwa pembunuhan 1 Oktober dalangnya adalah CIA atau Soeharto. Yang di adili dalam peristiwa tersebut bukanlah serombongan kopral & pejabat eselon rendah. Tapi Pejabat seperti Soebandrio ( Waperdam dan Kepala Intelijen Negara ), Oemar Dhani – Menteri Panglima Angkatan Udara. Dan banyak lainnya. Dan termasuk yg melarikan diri dan lalu di tembak di Daerah Kediri, Ir. Surachman – Sekjend PNI. Surachman adalah orang partai di luar PKI yang pertama mengumumkan mendukung Dewan Revolusi.
Seluruh sidang para pejabat yang terlibat Gestapu ( Mahmilub ) bukanlah sidang yang tertutup. Tapi sidang yang terbuka & dapat di akses publik. Bahkan terdapat dokumen proses penyidikan para pelaku yang didokumentasikan wartawan dan bisa kita saksikan sekarang ini.
Jika kita berkata pembunuhan 6 Jenderal dan 1 Perwira pada 1 Oktober di dalangi oleh Soeharto & CIA : Mengapa mereka tidak menyebutkan Soeharto & CIA di dalam Pledoi ( Pidato pembelaannya ) di persidangan yg terbuka tersebut ??. Sudahkah orang – orang membaca Pidato Sudisman Sekjend PKI yang dibacakan di depan pengadilan yang terbuka ??. Adakah menyebutkan CIA & Soeharto sebagai otaknya ??.
Isu – Isu dan argumentasi yg dibangun untuk menuduh Soeharto & CIA sebagai Dalang adalah untuk mengaburkan orang banyak dari ‘Dalang’ sebenarnya. Dengan berbagai macam kepentingan masing – masing kelompok. Sedangkan bagi Negara, yang mana jika dibuka akan berbahaya bagi stabilitas Negara, bahkan untuk saat ini. Jika benar Soeharto & CIA adalah dalang, maka tidak akan mempengaruhi kewibawaan Republik sama sekali.
Soeharto pasca 1 Oktober 1965, memang sangat berkuasa di dalam menjaga ketertiban dan keamanan. Tapi, untuk mengumumkan keterlibatan Soekarno dan apalagi hingga mengadilinya secara terbuka, tentu tidaklah mungkin. Dengan berbagai pertimbangan yang tentu bukan hanya berdasar pertimbangannya pribadi yang sebagai orang Jawa dengan tradisi ketat menghormati senioritas, ketokohan dan nilai moral lainnya. Tentu banyak pertimbangan lainnya dari para senior lainnya dalam militer seperti Jend. A. H. Nasution. Jika orang bisa marah kepada Soeharto, mengapa orang tidak marah kepada Nasution ?. Tidak ada orang yang menuduh Nasution adalah dalang 1 Oktober. Tidak ada orang yg menuduh Nasution sebagai oknum yang bersalah di dalam menggulingkan Soekarno. Padahal, Nasution yang menggulingkan Soekarno dengan memobilisir parlemen ( politik ), menjadi Ketua MPRS untuk kemudian menolak LPJ Soekarno dan pidato pertanggungjawabannya.
A.H. Nasution yang anaknya ditembak dan wafat setelah mengalami rasa derita selama 5 hari dan ajudannya satu dari korban yang meregang nyawa di sumur yang sempit, adakah yang berani mengatakan A. H. Nasution adalah dalang 1 Oktober 1965 ???.
Apakah Nasution seorang Jenderal bintang 4 yang bodoh, yg membiarkan Soeharto ( jika adalah dalangnya ) dapat melenggang bebas, atau ia tipikal seorang Jenderal Pengecut hingga memilih diam ?.
Atau diamnya Nasution karena memang mengetahui biang kerok sesungguhnya. Yang mana jika di adili dan diumumkan akan mengguncang Republik lebih buruk lagi ?.
Kalau orang bertanya : Mengapa justru yang digulingkan dari pemerintahan yang dituduh sebagai Dalang operasi pembunuhan perwira AD 1 Oktober 1965 ?.
Jawabannya sederhana : Karena Nasution lolos. Seandainya Nasution tewas, sejarah akan berjalan berbeda.