Beritain.co | Kota Depok – ini dia pembodohan melalui pencatatan sejarah.
Adegan porno di relief dasar Borobudur dan tidak adanya catatan sejarah negri ini sebelum tahun 78 Masehi, juga leluhur kita manusia nya adalah “Primitive” tinggal di goa goa, benarkah?
Simak ini :
Faktanya, Nusantara pada tahun 610 SM sudah ada ilmuwan di negri tercinta ini Indonesia “The Seven Treatises on Valid Cognition” adalah karya Svarnadvipa Dharmakīrti ia telah menyusun dan menghasilkan karya besar di bidang ke ilmuwan dan akademis yaitu: Tujuh bagian ilmu utama tentang Pengakuan “Validitas”.
“The Seven Treatises on Valid Cognition”
Dharmakīrti, dikenal sebagai Serlingpa Dharmakīrti atau Suvarnadvipa Dharmakīrti, sebutan tiongkok Chökyi Drakpa, Tibet menyebutkan bahwa Dharmakirti hidup sezaman dengan Raja Tibet Srong-btan-gampo.
Suvarnadvipa Dharmakirti lahir dari keluarga brahmin pada tahun 610 SM sampai dengan – 520 SM, Dharmakirti adalah keponakan Kumarila Bhatta I 618-540 SM, hidup pada sistem kekeluargaan “Materenial” Kadatuan, garis keturunan Ḍapunta Hiyaṃ Śrī Jayanāśa/Dapunta Hyang, sampai pada keturunan generasi saat ini “Niniok Datuok Ghajo Duobalai”.
Suvarnadvipi Dharmakīrti sarjana keturunan leluhur yang kini terpublikasi dengan “Sriwijaya”, lahir di Suvarnadvipa disini dia melakukan proses pendidikan dan pembelajaran utamanya “Dharmic” dan sains lainnya dari para master tingkat tinggi.
Sebelum Dignaga meninggal Dharmakirti menerima penahbisan darinya, dia adalah murid tokoh Dharmapala saat ia masih hidup. Dharmapala 670-580 SM lahir dalam keluarga bangsawan berasal dari Svarnadvipa, dia adalah murid Dharmadasa, menjadi pimpinan Nalanda bihar india, dia adalah guru Dharmakirti.
Selama masa Dharmakirti, Adi Sankara tahun 569-537 SM dalam sidang akademik pernah mengalahkan pendapat baru tentang “Dharmic” yaitu tinjauan baru Filisofis “Buddhism” di forum perdebatan para sarjana. Dia adalah salah satu pencetus pemikiran “Logika filosofis”, juga ahli teori ilmu yang utama “Atomisme” yang menyatakan bahwa satu-satunya benda yang dianggap “Ada” adalah keadaan Kesadaran Sesaat.
Karya Dharmakīrti adalah : The Seven Treatises on Valid Cognition, ilmu tentang Analisis Hubungan, (Saṃbandhaparikṣhāvrtti)
Ilmu Penetapan Pengakuan Validitas (Pramāṇaviniścaya)
Ilmu Kompendium Pengakuan “Validitas” (Pramāṇavārttikakārika/Dignaga)
ilmu “Drop of Reasoning (Nyāyabinduprakaraṇa)
Essence and explanation of a drop of reason (Hetubindunāmaprakaraṇa)
Bukti dari Continuums & Kajian Akademik (Saṃtānāntarasiddhināmaprakaraṇa)
Ilmu terhadap Penalaran & Pendekatan (Vādanyāyanāmaprakaraṇa).
“Svarnadvipa Dharmakīrti diantara tokoh pembawa ajaran “Dharmic” Palsafah asli Nusantara, lokasi di Xlll Koto Kampar ditemukan artefak bukti pernah berdiri komplek besar ada lebih 14 abad lalu sebelum masehi, Landmark atau tempat suci untuk penobatan wisudawan dan ritual suci para master “Dharmic Original” berupa menara tinggi dan tempat duduk para “Sangha” juga penobatan para raja “Vanua/Vatsal”.
Suvarnadvipi Dharmakīrti, Putra Bunda Dhewi Dhoomo atau Rathna Dewi Phuti Tratta yang hidup di svarnadipa dan saat beliau “Amerta” dimakamkan di timur laut berjarak 300 meter dari landmark, disekitarnya di bangunkan 6 buah bangunan oleh putra nya.
Ditempat ini Xuanzang/ Hieun-Tsang 602 – 664 M juga I-Tshing 689-695 M yang tinggal selama 5 tahun di svarnadvipa belajar di pusat pembelajaran “Dharmic Original”.
“Nalanda” di Bihar India didirikan pada tahun 427 M di bangun Raja Phala Dinasty Sailendra dari svarnadvipa, ini adalah cabang universitas di Svarnadvipa bernama “Dharma Phala”, juga sangharama cabang di Java, Vhwănā Çhaķâ Phalā kini bernama Borobudur.
Çhrì Janăyasā/Dapunta Hyang membawa “Dharma” dan para Rshi ke tanah java juga Bali di antaranya guru Rçhi Markændryā dan Bali kini menyimpan sempurna palsafah utama dasar leluhur kita “Dharmic” yang mendasari tumbuh nya 3 Agama besar di India.
Jika benar tahun “Saka” di seluruh prasasti di mulai 78 Masehi, tentu sebelum tahun itu tidak ada sejarah di negri ini. Faktanya pada tahun 610 SM sudah ada ilmuwan di negri tercinta ini Nusantara Indonesia,
di Nusantara.
Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna, asal Tibet pergi ke Svarnadvipa Indonesia terdahulu untuk belajar Palsafah dasar utama leluhur kita yaitu “Dharmic Original”, inilah “Dharma/Dhamma” Palsafah Leluhur bangsa Nusantara yang mewarnai Tibet. Beliau bukan membawa ajaran Buddha lalu di sebarkan ke Nusantara dan Palembang bukan pusat ajaran Buddhism terdahulu.
Simak ini ;
Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna was born into royalty, his father was a king known as Kalyana Shri and his mother was Shri Prabhavati, ia melakukan perjalanan ke Nusantara Svarnadvipa tinggal selama 12 tahun disini lalu kembali ke India, meninggal di Nyêtang, Tibet.
Yeshe-O, Guru master dari Tibet Barat mengirim Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna pergi ke Svarnadvipa untuk mempelajari dan menerjemahkan beberapa teks sanskerta.
Atiśa adalah tokoh kunci dalam pendirian Mahayana Tibet, dia menghidupkan Vajrayana di Tibet, Atiśa ditahbiskan ke dalam silsilah Mahasamghika pada usia 28 oleh Abbas Śīlarakṣita, ia telah mempelajari hampir semua keilmuan Buddhism dan non-Buddhis pada masanya, termasuk keilmuwan Veda ajaran-ajaran Wisnu – Siwa.
Pertemuan Atiśa Dīpaṃkara Śrījñān dengan Guru Suvarnadvipa Dharmakirti, di Sumatra Indonesia masa lalu, utusan tamu menghadap dan berkata :
“Mohon dengarkanlah kami, O Guru yang Mulia, hari ini telah tiba, Dipamkara Shri Jnana dengan 102 pengikut Mengarungi samudera luas selama 14 bulan, kini ia ingin bertemu dengan Guru”.
Guru Suvarnadvipa Dharmakirti menjawab :
“Alangkah mulianya, penguasa bumi telah datang.
Alangkah mulianya, putra sang raja telah datang.
Alangkah mulianya, tuan semua telah datang.
Alangkah mulianya, pahlawan mulia telah datang.
Alangkah mulianya, dia telah tiba dengan pengikutnya.
Alangkah mulianya, telah mengatasi semua rintangan.
Alangkah mulianya, dia telah datang dengan tulus hati.
O…para murid, kenakanlah jubahmu dan siapkan salam untuk Yang Mulia”.
Dari kejauhan rombongan Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna sangat terkesan. Tak lama kemudian,535 orang membawa 3 jubah dengan membawa kendi air suci, diiringi oleh 62 samanera dipimpin oleh Guru Dharmakirti Suvarnadvipa sendiri, rombongan mereka yang telah ditahbiskan 597 orang.
Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna dan rombongannya spontan melakukan ‘Namaskara’ penuh menyambut Guru Dharmakirti Suvarnadvipa dan sebaliknya rombongan Guru Dharmakirti Suvarnadvipa pun melakukan namaskara.
Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna mempersembahkan banyak permata dan emas. Para pengikut nya juga mempersembahkan satu koin emas untuk masing-masing siswa nya Guru Dharmakirti Suvarnadvipa.
Guru Dharmakiti Suvarnadvipa mempersembahkan “Buddharupang” untuk Dipamkara dan ia menetap di Istana Payung Perak di Suvarnadvipa selama 12 tahun. Selama disini ia tidur di lantai, diujung kaki tempat tidur gurunya sebagai tanda penghormatan murid kepada guru.
Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna ia telah berguru ke 157 guru, namun setiap kali ia mendengar nama Guru Dharmakirti Suvarnadvipa kontan mengalir air matanya.
Perhatikan :
…inilah lokasi yang di kunjungi Fa-Hien thn 399-414 M dan Hieun-Tsang 602 – 664 M,…perhatikan kata pada tulisan catatan yang di maksud nya…
…Tathāgata meninggalkan bayangannya di sini, ini adalah tradisi tidak ada sisa bayangan yang terlihat….lokasi yang di maksud Hieun-Tsang adalah equinox hanya ada di situs Muara takus…
…stupa 200 kaki tingginya di dekat ini adalah tanda di mana Tathāgata berjalan ke sana kemari,….adalah situs “Muara Takus” di mana para brahman melakukan ritual “Pradaksina/Prasawiya” gerakan memutari situs…
Situs Muara Takus di area “Kota Suci” Svarnadvipa/Sumatra Indonesia terdahulu adalah :
• Tempat pendidikan ilmu pengetahuan
• Tempat Wisuda para sarjana yang selesai mempelajari “Dharma/Dhamma”
• Tempat Penobatan Para “Raja”, Vanua/Vatsal Nusantara
Pagar luar 2 lapis adalah komplek utama tempat tinggal para guru “Shangha Kirti”/Rshi/Pengajar dan Bagian lainnya :
Timur Laut Gerbang Utama komplex.
Timur, 400 langkah ada bangunan terbuat dari kayu pelatihan Mantra.
Barat tempat belajar ada “Kolam Sakti “/Tobek Sati.
Tenggara, Tempat belajar tingkat ke 2.
Barat Daya tempat tinggal pelajar tingkat ke 3.
Barat Laut tempat Pertapa/Tapo/Can-Yago.
Utara Komplek di luar tanggul seberang sungai Paodhaman bahasa lokal kini, adalah “Pendharma-an”.
Darmadaśā, Dharmapala adalah guru Suvarnadvipa Dharmakirti 610 – 520 SM, Dharmakirti keponakan Kumarila Bhatta I,618-540 SM.
Sangharama pusat pembelajaran “Dharma” di Svarnadvipa, bernama “Dharma Phala”, Raja Pala Silsilah Syailendra Balaputradewa. Svarnadvipa, membangun cabang di Bihar india “Nalanda” 427 M, Sangharama Maha Tupa di Javadvipa bernama Vhwănā Çhaķâ Phalā kini terpublikasi bernama Borobudur.
Propaganda penjajah terhadap leluhur nenek moyang kita “Primitive” tinggal di goa goa menganut “Animisme/Dinamisme” adalah BOHONG.
INDONËSIARYĀ
True Back History of Indonesia
Exploration & Research
By : Santosaba
(Revicionist History )